MAULID NABI : LOVE AND FOLLOW PROPHET MUHAMMAD S.A.W
SMKN 2 Barru berkarya. Maulid al-Nabi, juga dikenal sebagai Mawlid atau Milad un Nabi, adalah peringatan penting dalam Islam yang memperingati kelahiran Nabi Muhammad. Perayaan kelahiran Nabi tersebut ditandai dengan berbagai cara di berbagai komunitas Muslim di seluruh dunia. Meskipun praktik dan adat yang spesifik dapat bervariasi, acara tersebut umumnya dirayakan dengan ungkapan kegembiraan, rasa syukur, dan kenangan akan kehidupan dan ajaran Nabi Muhammad.

Beberapa komunitas mengadakan prosesi, pertemuan publik, dan ceramah yang membahas kehidupan dan ajaran Nabi. Pembacaan puisi dan himne yang memuji Nabi yang dikenal sebagai “na’at” dan “qasidah” juga umum selama perayaan ini. Selain itu, beberapa orang memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan amal, berbagi makanan, dan memberikan kepada orang-orang yang membutuhkan.




Perayaan Maulid al-Nabi yang diselenggarakan di SMKN 2 Barru mengangkat tema “LOVE AND FOLLOW PROPHET MUHAMMAD S.A.W, KATAKAN TIDAK PADA BULLYING”. Tema ini sengaja diangkat untuk mengingatkan kepada seluruh siswa akan dampak negatif dari perundungan.. Perundungan, atau yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai “bullying”, merupakan perilaku agresif yang dilakukan secara terus-menerus terhadap seseorang dengan tujuan merendahkan, menyakiti, atau mendominasi individu tersebut. Tindakan perundungan ini dapat terjadi di berbagai lingkungan, termasuk di sekolah, tempat kerja, di lingkungan masyarakat, atau bahkan di dunia maya.


Korban perundungan seringkali mengalami penderitaan emosional dan psikologis yang serius, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan kesejahteraan mereka. Hal ini dapat menyebabkan penurunan harga diri, kecemasan, depresi, atau bahkan menyebabkan mereka mengalami isolasi sosial. Dalam kasus yang parah, perundungan dapat memicu konsekuensi yang menghancurkan, seperti pemikiran atau tindakan bunuh diri.




Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran tentang dampak negatif perundungan dan mempromosikan budaya yang memuliakan keragaman, menghormati perbedaan, dan mendorong empati serta pengertian. Sistem pendidikan dan komunitas harus bekerja sama untuk mencegah tindakan perundungan dengan mengedepankan pendekatan pencegahan yang proaktif, edukasi tentang penghormatan, serta memastikan bahwa ada sanksi yang jelas bagi pelaku perundungan. Upaya kolektif seperti ini diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif bagi semua individu.